Jumat, 01 Januari 2016

Ashoka 201


Ahenkara masih bicara kepada Agradoot di kuil, ahenkara mengatakan kepada Agradoot bahwa shusima sudah mengambil adik kecilnya, ahenkara menjelaskan kepada agradoot/ ashoka bahwa shusima sudah memberikan adik kecilnya kepada seorang prajurit

Ahenkara memohon dan bersujud di kaki agradoot/ ashoka dan agradoot/ ashoka meminta ahenkara untuk berdiri, agradoot meminta kepada ahenkara ciri-ciri tentang prajurit yang disuruh oleh shusima membawa adik kecilnya
Ahenkara menceritakan tentang detail ciri-ciri prajurit yang membawa adik kecilnya 
Kilas balik prajurit itu berkumis, di lengannya ada bekas luka sayatan dan juga memberitahu ciri-ciri mata dan ciri tubuh prajurit.
Ahenkara pergi
Di rumah prajurit, adik kecil ahenkara terus menangis, istri prajurit mengendongya dan mencoba untuk menenangkan adik kecil ahenkara
Prajurit mengatakan kepada istrinya :” tidak bisakah kau mendiamkan anak ini apa yang harus ku lakukan?”
Istri prajurit : “tidak ada susu atau pun makanan disini untuk menghentikan anak ini menangis”
Prajurit :” Aku rasa, aku harus membunuh anak dari si penghianat itu, tapi jika sesuatu terjadi kepadanya maka shusima tidak akan pernah mau memaafkan aku”
Istri prajurit memarahi dirinya :”Orang macam apa kau tega menyakiti anak sekecil ini, cepat kau carikan ia sesuatu agar ia menghentikan tangisannya”
Prajurit pergi dan berjanji akan segera membawakan sesuatu untuk adik kecil ahenkara
Kembali kepada Agradoot / ashoka:"Ahenkara, aku berharap aku bisa membantu mu hanya sebagai agradoot saja, tetapi aku akan tetap mengatakan hal yang sebenarnya kepada ayah ku dan semuanya akan baik-baik saja”
Di tempat Dastan, Noor sedang berjalan dan ia sangat gelisah
Noor :” Begitu banyak waktu yang ku habisakan disini sehingga tidak pernah mengirimkan kabar kepada ibu suri Helena dan juga putra ku Siamak”
Noor menghentikan langakah kakinya, Noor melihat kobaran api di tenda dastan, kemudian noor sangat panic, noor berteriak meminta bantuan tetapi tidak ada satu pun orang yang mau mendengarkan teriakannya
Noor :”Jika Sesuatu terjadi pada Dastan, maka semua rencana ku akan gagal, aku harus menaruh hidup ku dalam bahaya untuk membawa dastan keluar dari tenda, aku harus memastikan dastan baik-baik saja”
Noor memberanikan diri masuk ke tenda Dastan yang dalam pengelihatannya penuh dengan kobaran api yang akan melalap habis tenda dan juga dastan
Noor :”Dastan apa kau baik-baik saja, kau dimana”
Dastan berada di dalam yang penuh dengan kobaran api, noor masuk dan menarik tangan dastan, ia melompati kobaran api di lantai
Noor :”Dastan apa kau baik-baik saja, kau dimana”
Seketika api di dalam tenda dan seluruh ruangan padam
Dastan memanggil seorang pria penyihir yang sudah membuat api diseluruh ruangan dan membuat noor kelabakan dengan keadaan dastan
Noor bingung dengan apa yang sedang terjadi, sekali lagi sang pria penyihir mengeluarkan pertunjukan kemampuannya mengeluarkan api dengan sihir yang ia punya kepada noor, noor bertambah heran seketika api yang di lihatnya padam.
Noor :”Ini berarti kau hanya sedang menguji kebenaran dari cintaku dastan”
Dastan :” Aku masih tidak mempercayai kebenaran dari cinta mu jika aku tidak menguji mu, bahkan sama sekarang aku masih meragukan cinta mu itu untuk diri ku, bersiaplah untuk segera menghancurkan Bindu dan jadilah milik ku”
Noor memeluk dastan dan ia menangis, noor mengatakan :” kau bersumpah kepada ku untuk tidak lagi melakukan hal ini, aku sangat mecemaskan mu Dastan”
Dalam pelukan Dastan Noor berfikir :” Kini tibalah waktunya untuk membalas dendam ku kepada yang mulia Bindusarr karena ia telah membunuh cintaku ‘Justin’, dan aku akan mengambil semua tahta dari tangannya”
Di tempat wanita penyihir, cahru kembali datang untuk menemui wanita penyihir
Charu mengatakan kepada wanita penyihir :” Aku tidak ingin membunuh Bindu, tapi aku hanya menginginkan Bindu mengumumkan bahwa shusima menjadi pewaris berikutnya dan kelak tidak ada lagi yang mempertanyakannya shusima”
Wanita penyihir memberikan wadah minuman kepada cahru, cahru sangat gembira dan senang mendapatkan pemberian dari wanita penyihir
Wanita penyihir menjelaskan kepada charu :” Buatlah agar Bindu meminum air ini, ini tidak akan mudah untuk kau melakukannya, hanya dharma yang ada di dalam hatinya, dan hanya dharmalah yang bisa melakukannya, setelah bindu meminumnya ia akan menjadi setengah sadar, maka dalam keadaan ketidaksadarannya kau dapat melakukan apapun yang engaku inginkan”
Cahru tersenyum senang
Di kamar Bindu, bindu sedang sangat gelisah memikirkan putranya ashoka yang terus membela agradoot, ia juga mempertanyakan siapakah sebenarnya agradoot, bindu berdoa kepada dewa agar membuat keadaan dhrama menjadi lebih baik “Ya dewa, aku tidak bisa melihatnya kesakitan”
Dharma datang kekamar bindu dan membawakannya dua gelas minuman di tangannya, dharma terus melangkah maju memasuki kamar Bindu dan ia tersenyum manis kepada yang mulian Bindusar, kemudian ia menaruh nampannya di meja dan menturuh Bindu duduk di sampingnya, mereka sedang duduk di tempat tidur.
Bindu :’Dharma, kau datang ke kamar ku?”
Dharma :” Bukankkah aku ini istri tercinta mu, lalu apakah aku harus meminta izin kepada mu terlebih dahulu untuk datang ke kamar mu?”
Bindu hanya terdiam dan dia menggelengkan kepalanya “Tidak, bukan itu maksud ku”
Dharma :’ Aku ingin meminta maaf kepada mu untuk kejadian hari itu, aku pun sangat menyesalinya”
Dharma ingin mengambilkan minuman itu untuk Bindu
Bindu :”Tidak perlu melakukannya, aku hanya ingin kau baik-baik saja dan aku akan membantu mu, aku ingin bertanya kepada mu dharma, apa yang sebenarnya sudah terjadi pada mu, mengapa tiba-tiba kau seolah tidak mau mempedulikan siapapun, bahkan kau berperilaku pada ku seolah kau tidak mengenali siapa diri ku, kau memperlakukan aku seakan-akan kau tidak mengenali siapa aku?”
Cahru melihat mereka dari balik pilar di kamar Bindu, dia belum melakukan sihir ilmu hitamnya untuk dharma, dharma masih sepenuhnya sadar
Dharma mengatakan “Aku harap aku bisa menjawab semua pertanyaan mu kepada ku, aku hanya mencoba untuk membuat diri ku merasa nyaman di istana ini, ku pikir jika memang aku harus menjadi ratu, maka aku akan bertindak selayaknya ratu, kau tidak ada besama dengan ku, aku sangat takut jika harus kehilangan diri mu lagi”
Bindu menghapus air mata dharma :”Tidak dharma, sekarang aku tidak akan pernah meninggalkan mu lagi, kau sudah bersama dengan ku, aku akan melakukan apa yang kau inginkan”
Cahru mulai melakukan ilmu sihir hitamnya, ia mulai menekan bola merah di tangannya, dharma seketika bantuk, bindu memberikan air minum di nampan, dhrama meminumnya dan ia tersenyum manis kepada bindu, dharma mengambil gelasnya dan kemudian memberikan agar bindu meminumnya dari gelas yang sama saat dharma meminumnya
Cahru tersenyum sangat senang melihat bindu juga meminum dari gelas dharma.
Di koridor istana, ahenkara datang dengan memakai pakaian pelayan, ia kembali ke istana setelah menceritakan semua masalahnya kepada agradoot/ ashoka, di koridor istana pun ia bertemu dengan shusima yang terus menatapnya tajam, ahenkara panik dan berusaha untuk menutupi wajahnya dengan penutup kepalanya, shusima sedang mabuk berat, shusima terus melangkah maju kearah ahenkara dan ia tidak menyadari keberadaan ahenkara dengan pakaian pelayan, kemudian ia terjatuh di depan ahenkara, prajurit membantu shusima berdiri dan membawanya pergi, mereka semua tidak melihat bahwa pelayan itu adalah ahenkara
Ahenkara akhirnya menarik nafas lega
Ahenkara berfikir tentang keadaan adik kecilnya dan berharaap agadoot / ashoka menemukan adik kecilnya
Dipasar, ashoka menyamar menjadi seorang pedagang penjual mainan, belum adan yang menengok barang-barang dagangannya, ashoka terus memainkan mainan di tangannya untuk membuat para pembeli tertarik pada barang mainan yang ia jual, ashoka memohon pada dewa agar ia dapat segera menemukan adik kecilnya ahenkara, satu persatu pengunjung datang membeli mainan ashoka juga memperhatikan lengan para pengunjung, hanya tinggal tersisa satu mainan, datang seorang prajurit ia membeli mainan dan meminta mainan di tangan ashoka, ashoka memberikan semua mainan itu kepada prajurit
Ashoka mengamati tangan dan ia mengingat ciri yang ahenkara sebutkan tentang prajurit itu
Prajuit segera pergi dan ashoka mengikutinya dari belakang
Di kamar yang mulia Bindusar, bindu bangun dari tidurnya ia merasa sangat pusing, dharma sudah menunggunya bangun dan ia duduk di sampingnya
Dharma mengatakan kepada Bindu :”Aku sudah menunggu mu bangun, aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu, kau sudah berjanji kepada ku tadi, kau juga sudah mengatakan kau akan memenuhi semua janji mu dan menepati semua janji itu kepada ku
Bindu :” Aku mempercayai mu lebih dari diri mu sendiri, aku tahu aku pasti akan meminta sesuatu kepada ku, katakanlah jika memang aku bisa memberikannya kepada mu”
Dharma :” Aku tahu kau dapat memenuhi dan meberikan semua janji mu itu, aku ingin kau membuat putra ku ashoka menjadi pewaris dan mengumumkan bahwa ashoka menjdai raja berikutnya”
Bindu :”Kau begitu egois, bagimana kau bisa berfikir dan meminta hal itu dari ku?”
Dharma :” Aku tahu, ashoka lebih layak menjadi raja”
Bidnu :” Ini akan sangat tidak lain untuk anak-anak ku yang lain, orang yang akan pantas menjadi raja, maka ia akan menjadi raja jika memang dia pantas”
Dharma :”Bukankah kau tadi sudah berjanji kepada ku, kau telah mengatakan kau akan memberikan apapun yang ku minta”
Bindu :”Tapi aku hanya berjanji aku hanya mencintai mu, tapi memang wanita sangat egois hanya memikirkan dirinya saja, aku kesini hanya untuk merawat diri mu tabib mengatakan kepada ku bahwa kau sangat memerlukan bantuan , tapi sekarang aku tidak akan datang lagi kepada mu”
Bindu marah dan ia pergi
Itu bukanlah dharma yang tadi bersama dan berbicara bersama dengan Bindu, tetapi cahru yang sudah memaksa diri menjadi Dharma, ketika Bindu meminum dari gelas dhrama dan setiap kali menimbulkan efek yang aku inginkan, “Bindu akan melihat aku hanya sebagai dharma dan aku akan terlihat seperti dharma, Bindu akan membawa dharma dan juga putranya datang ke istana ini dengan rasa hormat, dan ia juga akan segera melempar dharma dan juga ashoka keluar dari istana ini”
Kilas balik ketika cahru datang menemui dhrama dan menyamar menjadi dirinya saat dharma bersama Bindu tertidur pulas, cahru menggenakan pakian yang sama seperti pakian dharma, ia merangkul dan membawa dharma pergi. 
Perecap : Di pasar parjurit utusan yang mulia Bindusar mengumumkan “jika ada yang dapat menemukan agradoot hidup atau pun mati, maka ia akan sangat di hargai”
Agradoot/ Ashoka sudah menamukan adik kecil ahenkara, agradoot/ ashoka mendengarkan ucapan ayahnya, dan ia berfkir “setelah aku membawa adik kecil ahenkara, maka aku akan segera menangkap Agradoot penipu dan membawanya kehadapan Bindu
Sumber http://www.portalsinopsis.com/